RSS

ATTENTION!!!!

Blog ini sudah saya DEACTIVATE dan saya pindahkan ke http://geologidokterbumi.wordpress.com/ terima kasih
ttd

pemilik blog

yudis bayu

WELLSITE GEOLOGY

                   Ruang lingkup pekerjaan wellsite geology itu sangat luas, tapi dalam postingan saya yang ini cuma membahas pekerjaan wellsite geology dalam petroleum industry walaupun dalam dunia pertambangan juga ada bagian-bagian pekerjaan yang terdapat seperti di Petroleum industry. Karena di pertambangan pun tidak sedikit yang menggunakan pemboran dalam mengeksplorasi sumber mineral yang ada. Pekerjaan seorang  wellsite  geology  adalah  sangat  penting,  terutama sekali  dalam  pengeboran  suatu  sumur.  Seorang  wellsite  geology bertugas  untuk memastikan  bahwa  pekerjaan  berlangsung  dengan  baik,  baik  itu  coring, cementing ataupun logging dan meng-counter adanya pay-zone dan interval of interest. Selain itu wellsite geology  diharapkan dapat melakukan suatu interpretasi  terhadap  data  yang  didapat  selama  pengeboran  berlangsung, sehingga pengeboran berlangsung dengan baik.
                   Nah setelah tahu ruang lingkup perkerjaan wellsite geology saya sebagai geologist awam ingin mencoba menjelaskan tugasnya masing-masing seperti yang sudah di jelaskan di atas. Dari mulai deskripsi cutting sampai coring  Saya mau memulai dari deskripsi/ analisis cutting, Cutting merupakan material hasil hancuran batuan oleh mata bor atau bit yang  dibawa  oleh lumpur pemboran ke permukaan. Dari cutting, seorang wellsite geology dapat membuat catatan berisi profil litologi vertikal sesuai dengan kedalamannya dan deskripsi  masing-masing batuan. Profil litologi dibuat sesuai dengan ketentuan yang standar dan umumnya diberi kode. Demikian juga deskripsi harus berdasarkan format yang sudah  standar. Selanjutnya catatan tersebut akan dibandingkan dengan well log atau drill time log. Perjalanan    cutting    sejak    penetrasi    mata    bor    sampai    permukaan membutuhkan waktu minimal 1 menit atau paling lama 60 menit, tetapi umumnya 15-45 menit. Waktu ini disebut lag time. Lag time ini merupakan fungsi dari kedalaman, volume Lumpur dan kecepatan pemompaan. Cutting keluar dari lubang bor berupa hancuran-hancuran yang tertutup lumpur (muddy mass) dan pengamatan pertama yang sangat penting adalah mengetahui   keberadaan   minyak  di  dalam  cutting  karena  cutting  baru melepaskan  tekanan  ikatnya  (coating  pressure)  sehingga  minyak  dapat keluar  dari  cutting,  jadi   merupakan   waktu  yang  tepat  untuk  melihat keberadaan minyak dari cutting. Cutting dikumpulkan menurut tiap interval tertentu, misalnya tiap 10 feet.   Sampel   yang  baru  dibersihkan  dan  masih  basah  disampaikan  ke wellsite geology.  Cutting   harus  dibersihkan  dulu  baru  dideskripsi,  kemudian dikeringkan sebelum ditempatkan pada tempat yang permanen.
                 Seorang wellsite geology yang akan   mendeskripsikan   cutting   harus   menggunakan prosedur yang standar. Kebanyakan perusahaan memiliki prosedur tersendiri. Prosedur yang umum dipakai sebagai berikut:
1.    Nama umum batuan – digarisbawahi dan diikuti oleh nama batuan yang lebih detail
2.    Warna
3.    Tekstur meliputi ukuran butir, roundness, dan sortasi
4.    Materi penyusun semen/matriks
5.    Fosil dan asesoris
6.    Tipe bedding
7.    Porositas dan kenampakannya
8.    Hal-hal lain yang penting, seperti odor
9.    Petunjuk minyak atau gas (oil/gas show) seperti oil cut

Contoh deskripsi yang di dapat dari salah satu wellsite geology pada hasil deskripsi cutting yang merupakan ruang lingkup wellsite geology:
Sandstone:  lithic  arkose,  merah,  ukuran  butir  sedang,  sortasi  buruk, kebundaran  buruk/subangular,  semen  kalsit,  tidak  ada  fosil,  laminasi minor, porositas intergranular, tidak ada cut
Selain mendeskripsi dari analisa cutting, wellsite geology juga menganalisa  data coring yang di ambil. Coring  memberikan   sampel   dengan   kualitas   yang   tinggi   dengan melakukan   pengukuran   langsung   terhadap   batuan   dan   formasi.   Core memberi informasi geology dan teknik (engineering), dan analisisnya akan memberikan keuntungan dalam pengembangan lapangan.
Terdapat berbagi macam sistem coring. Sistem yang digunakan akan bergantung    pada    tujuan    yang    ingin    dicapai    dan    juga    keterbatasan- keterbatasan dari formasi dan keadaan pemboran.
-    Continuous coring

-    Uncontinuous coring
Kira-kira seperti itulah tugas wellsite geology di lapangan, tapi ruang lingkup tersebut berdasarkan seorang wellsite geology. namun pada wellsite geology juga ada yang bertugas menjadi seorang mud logging, artinya seorang wellsite geology tidak hanya mendeskripsikan cutting dan corring. Berdasarkan info yang saya dapat dari salah satu teman saya yang sudah bekerja pada sumur pemboran, mudlogger, mud engineer saling cross job sesuai schedule yang telah di tentukan manager eksploration.

dikutip dari : http://geologyguobloki.blogspot.com/2010/03/wellsite-geology.html

ANALISA DIGITAL DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK IDENTIFIKASI LOKASI TAMBANG BATUBARA DAERAH KECAMATAN GUNUNG BINTANG AWAI, BARITO SELATAN, KALTENG



PENDAHULUAN
Kegiatan pemetaan potensi batubara dilakukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh yaitu suatu cara untuk mengetahui obyek di permukaan bumi tanpa menyentuh langsung obyek yang dikaji menggunakan analisa digital. Teknologi penginderaan jauh yang diaplikasikan dalam mengidentifikasi kandungan bahan tambang berupa batubara menggunakan data penginderaan jauh berupa citra satelit Landsat7 Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) atik serta data Data Space Shutle DEM – SRTM 92m NASA yang mempunyai cakupan areal yang luas. Dengan teknologi Remote Sensing, diharapkan agar mendapatkan informasi mengenai lokasi-lokasi yang ditafsir mengandung bahan tambang berupa batubara melalui citra satelit, yang akan dipergunakan dalam tahap eksplorasi dan mempersempit survey. Informasi yang penting bagi pengusaha batubara adalah lokasi keberadaan dan potensi batubara tersebut. Metode yang digunakan selama ini adalah metode konvensional dalam melakukan survey lapangan atau yang sering disebut dengan tahap eksplorasi. Aksessibilitas di daerah penelitian cukup sulit, karena merupakan daerah dominan vegetasi rapat dan tertutup oleh hutan, serta akses jalan yang kurang mendukung untuk bisa dengan mudah melakukan survey lapangan. Data penginderaan jauh memberikan peluang yang lebih besar untuk melakukan identifikasi lokasi sebaran atau singkapan batubara sehingga mempersempit tahap survey eksplorasi. Masalah-masalah yang terkait dengan survey lapagan dan aksessibilitas dapat diatasi dengan teknologi penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat memberikan efisiensi yang tinggi baik dari segi biaya maupun waktu, karena tidak membutuhkan banyak survey kecuali untuk verifikasi atau kecocokkan lapangan sehingga survey-survey yang dilakukan lebih terarah (Helmi, 2007)



PEMBAHASAN
Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh infomasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Penerapan ilmu geologi didalam industri batubara digunakan untuk menentukan keadaan lokasi dan pengembangan sumberdaya yang ada pada keadaan tertentu, serta merencananakan bagaimana mengekstraksi batubara secara ekonomis. Tujuan eksplorasi batubara pada umumnya adalah untuk menemukan suatu daerah baru yang mengandung batubara dalam jumlah tertentu dengan kualitas yang baik.
Penyelidikan umum (prospeksi) merupakan langkah pertama usaha pertambangan. Pada tahap penyelidikan umum ini kegiatan ditujukan untuk mencari dan menemukan endapan bahan galian dan mempelajari keadaan geologi secara umum untuk daerah yang bersangkutan berdasarkan data permukaan. Setelah itu dilanjutkan dengan penyelidikan eksplorasi yang menyelidiki geologi secara lebih teliti baik kearah vertikal maupun horizontal. Setelah itu dilanjutkan dengan studi kelayakan dan persiapan penambangan. Penggunaan data penginderaan jauh dalam eksplorasi mineral merupakan salah satu cara yang paling banyak dilakukan dalam bidang geologi. Penelitian Geologi sekitar daerah tambang dengan bantuan data Landsat untuk prospek pertambangan, mepelajari “Liniament” (merupakan indikasi suatu patahan) yaituuntuk mengetahui secara jelas lokasi dan terjadinya mineralisasi atau batuan endapan bahan tambang
Melalui pengolahan citra satelit, maka diharapkan bermanfaat untuk :
1. Kemudahan dalam melakukan proses identifikasi lokasi potensi tambang batubara.
2. Memperoleh pola atau cara untuk melakukan identifikasi awal lokasi potensi tambang batubara.
Komponen dasar pada sistem penginderaan jauh ini ada 4, yaitu target, sumber energy, alur transmisi, dan sensor. Pada kasus ini, yang menjadi target adalah daerah Gunung Bintang Awai, Kalimantan Tengah. Sinar matahari masih menjadi sumber energy utama pada citra kali ini. Lalu ditransmisikan dan diteruskan kepada sensor menjadi sebuah citra LANDSAT  7 Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+).
Tahap pekerjaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagi berikut :
1. Menampilkan Data Raster Citra Landsat7 ETM+
2. Proses Digitasi Peta Topografi
3. Import Data Vektor Jalan dan Sungai
4. Menampilkan Data Vektor
5. Koreksi Geometri Citra
6. Citra Komposit
7. Menampilkan Data Digital Space Shuttle (SRTM)
8. Pemodelan topografi 3 Dimensi (3D)
9. Penentuan Batas Lokasi Penelitian
10. Pemotongan (Cropping) Citra dan DEM Pada Daerah Penelitian
11. Fusi Citra Satelit Landsat7 ETM+ dan SRTM DEM
12. Interpretasi dan Deliniasi Lokasi Tambang Batubara
Interpretasi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data SRTM DEM dilakukan secara visual untuk mengidentifikasi lokasi potensi batubara berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti tekstur, pola dan bentuk dari permukaan tanah di lokasi penelitian. Deliniasi Lokasi Batubara Setelah proses interpretasi citra sacara visual dengan memperhatikan kesamaan bentuk pola dan tekstur yang terdapat pada lokasi penelitian, selanjutnya dilakukan deliniasi pada lokasi-lokasi tersebut. Sehingga dihasilkan peta sebaran lokasi potensi batubara sementara (seperti gambar disamping) Penentuan Sampel Area Ditentukan sampel area atau titik koordinat tertentu untuk verifikasi lapangan pada lokasi sebaran batubara untuk dilakukan uji ketelitian dilapangan. Sehingga dihasilkan peta lokasi sebaran.
Dalam penginderaan jauh dikenal citra komposit yang merupakan perpaduan dari beberapa saluran atau band yang ada pada citra satelit Landsat7 ETM+. Penyusunan citra komposit dimaksudkan untuk memperoleh gambaran visual yang lebih baik seperti halnya foto udara infra merah berwarna, sehingga pengamatan obyek, pemilihan sampel dan aspek estetika citra dapat diperbaiki. Dalam teori warna ada tiga warna dasar, yaitu : merah, hijau dan biru. Berikut ini tampilan citra Landsat7 ETM+ tahun perekaman 2003 yang sudah di FCC (False Color Composit), dengan kombinasi band 4, band 5 dan band 7 (RGB) kombinasi dari band-band tersebut digunakan untuk interpretasi citra dalam mengidentifikasi lokasi yang berpotensi mengandung batubara. Pemilihan kombinasi band 4, band 5 dan band 7 (RGB) karena band 4 merupakan saluran inframerah dekat yang cukup baik untuk karakteristik vegetasi, band 5 merupakan saluran inframerah tengah yang cukup baik untuk menonjolkan kondisi kelembaban tanah serta band 7 merupakan saluran inframerah terluntuk menonjolkan tanah terbuka dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal. Selain itu, perpaduan antara band 5 dan band 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan defosit mineral. Pada intinya kombinasi dari band-band tersebut sangat baik dan kontras dalam menampilkan obyek-obyek topografi lokasi penelitian.
Identifikasi lokasi yang berpotensi mengandung batubara dilakukan dengan menginterpretasi data digital penginderaan jauh yaitu citra satelit Landsat7 ETM+ dan Space Shuttle SRTM DEM yang telah melalui tahap-tahap pengolahan. Sebagai dasar dalam melakukan interpretasi adalah unsur-unsur interpretasi citra seperti pola, bentuk, selain itu diperhatikan juga arah patahan, lipatan, dan tekstur. Suatu lokasi yang teridentifikasi mengandung batubara pada citra satelit Landsat7 ETM+. Kesulitan yang dihadapi saat melakukan interpretasi adalah faktor topografi lokasi penelitian yang tidak begitu menonjol. Sedangkan kondisi tutupan awan tidak terlalu mengganggu proses interpretasi dan citra satelit Landsat7 ETM+ perekaman tahun 2003 dapat dikatakan bersih dari tutupan awan.


PENUTUP

Kesimpulan
1. Pengolahan data citra satelit Landsat7 ETM+ akan menghasilkan tutupan lahan dari lokasi penelitian sehingga belum dapat membantu dalam proses interpretasi lokasi kandungan batubara.
2. Fusi citra satelit Landsat7 ETM+ dan data Space Shuttle SRTM DEM akan menghasilkan pemodelan topografi 3 dimensi, sehingga visualisasi topografi permukaan bumi akan terlihat jelas dan mempermudah analisa lokasi-lokasi sebaran batubara.
3. Interpretasi ETM+ dilakukan dan citra data secara satelit Landsat7 DEM untuk Shuttle SRTM DEM lebih luas lagi, dalam mengidentifikasi lokasi-lakosi berpotensi bahan tambang lainnya tidak hanya batubara.
4. Melalui analisa tingkat kepercayaan interpretasi dapat dicapai sebesar 80%, dimana dari 10 lokasi terduga berpotensi mengandung batubara, 8 lokasi yang terdapat batubara dan 2 lokasi yang tidak terdapat batubara.
Saran
1. Diharapkan aplikasi analisa digital data Penginderaan Jauh berupa citra satelit Landsat7 ETM+ dan data Space
2. Agar memanfaatkan data selain citra satelit Landsat7 ETM+ dan Space Shuttle SRTM DEM untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi potensi batubara. SRTM visual mengidentifikasi lokasi potensi sebaran batubara berdasarkan unsur-unsur interpretasi, sehingga untuk pola-pola yang sejenis diduga mempunyai ciriciri megandung batubara.

dikutip dari :
http://otisaumirahmawati.wordpress.com/2010/06/07/aplikasi-penginderaan-jauh-dalam-geologi/

SEQUENCE STRATIGRAFI

Udah lama ga nulis blog lagi..gara2 banyak laporan jadi blog dilupain deh..semoga postingan kali ini bisa bermanfaat..walaupun repost (soalnya lg ga punya ide buat nulis)



STRATIGRAFI: •Cabang ilmu geologi yang khusus membahas tentang pemerian dan klasifikasi suatu tubuh batuan terutama batuan sedimen serta korelasinya dengan tubuh batuan yang lain.
MAKSUD : •Pemerian secara obyektif dan lengkap dari komponen penyusun tubuh batuan, baik secara vertikal maupun secara lateral. •Penentuan jenis dan macam hubungan antar komponen.
TUJUAN : •Rekonstruksi proses, pengaruh kondisi organis dan anorganis, tempat, serta perkembangannya dalam:    •-ruang : Paleogeografi    •-waktu : sejarah geologi.
Asas stratigrafi :   •uniformitarianism   •horizontality   •superposisi   •cross cutting relationship   •principle of faunal succession
Stratigrafi analisis meliputi: •penerapan prinsip stratigrafi untuk analisa cekungan, yaitu:    studi facies    sequen stratigrafi    sedimentary tectonic    basin evalution
Sequence Stratigrafi dibedakan berdasar :
-content, sifat, dan ciri fisik:   •lithostratigraphic   •lithodemic   •magnetostratigraphic   •biostratigraphic   •pedostratigraphic   •allostratigraphic
-dibedakan berdasar umur:   •geologic time   •chronostratigraphic   •geochronologic   •diachronic   •geochronometric   •polarity chronologic   •polarity chronostratigraphic
Pelacakan secara Lateral : -transverse outcrop mapping -profil lintasan (sayatan, peta geologi) -pemetaan kompas dan langkah jadi pelacakan lateral untuk tempat yang sempit yang memiliki singkapan yang penting.
Pelacakan secara Vertikal: -measured section (MS) -transverse mapping -structural section -drawing local column
FACIES : Aspek fisik, kimia, biologi, dari kenampakan tubuh batuan sedimen dalam suatu kesamaan waktu. Bidang kesamaan waktu dicerminkan oleh bidang perlapisan. Bidang perlapisan ditunjukkan oleh: - perbedaan ukuram butir - perbedaan komposisi mineral - perbedaan tekstur dan struktur Bidang perlapisan terjadi karena loncatan energi pengendapan. Jika melakukan sampling sebaiknya diambil pada bidang perlapisannya.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN : Bagian dari permukaan bumi yang secara fisik, kimia, biologi dapat dipisahkan dari bagian yang lain.
FACIES PENGENDAPAN : Suatu massa batuan sedimen yang dapat disendirikan dan dipisahkan dari massa batuan lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, pola arus purba, dan kandungan fosilnya.
Penggunaan istilah lain Facies: Pengertian secara observasional yang tepat terhadap produk batuan. Misal: Sandstone facies, limestone facies, marl facies. Pengertian lingkungan. Misal : fluvial facies, shallow marine facies. Pengertian pembentukan batuan secara genetik. Misal : turbidite facies, contourite facies. Tecnofacies. Misal : post orogenic facies, mollase facies. Interpretasi lingkungan pengendapan harus menggunakan beberapa kenampakan : -struktur sedimen. -analisa ukuran butir -fosil (body maupun trace fosil) -vertical sequence untuk hubungan lateral -geometri, penyebaran, dan litologi
NON DEPOSITIONAL HIATUS: Suatu selang waktu dimana tidak ada pengendapan.
SETTLING VELOCITY : -Dalam energi arus tertentu hanya akan didapatkan satu macam ukuran butir berdasarkan stream capacity. -Ukuran butir menunjukkan tingkat abrasi—mengarah pada media transportasi. -Ukuran butir mengarah pada energi pengendapan— ukuran butir besar maka energi pengendapannya besar. -Komposisi mineral mengarah pada provenance— mengarah pada tectonic sedimentasi.
Geometri facies sedimenter ditentukan oleh: -Predepositional topography geomorfologi dari lingkungan pengendapan, misalnya fan—delta, deep marine. -Post depositional history sedimen yang diendapkan menjadi obyek dari beberapa proses (diagenesa, kontinuitas deposisi, deformasi tektonik, erosi). -Suatu geometri tertentu dapat dihasilkan dari beberapa lingkungan yang berbeda, misalnya channel—fluvial, deltaic, tidal, submarine. Fan—alluvial, deltaic, deep marine. -Geometri ditentukan atas dasar facies mapping (surface: MS, subsurface:seimic, well). -Geometri perlu diketahui untuk paleoslope, facies trend.
SIKLISITAS SEDIMENTASI : -Autocyclic—faktor penentunya adalah faktor intern, misalnya channel migration, bar migration.contoh: pada meander -Allocyclic—faktor penentunya adalah faktor ekstern, misalnya perubahan iklim, perubahan eustacy, tektonik.contoh: pada delta
DIAGENESA BATUAN : -kompaksi, batuan yang mengalami kompaksi karena tekanan dan suhu dari lapisan lapisan di atasnya -desilasi—keluarnya air dari pori -sementasi—adanya aliran fluida dari tempat lain yang dapat menyebabkan adanya penyemenan di antara butir -rekristalisasi
AMALGAMASI: -Penumpukan dari waktu ke waktu pada facies yang sama. -Penumpukan sesuatu yang selalu lengkap kemungkinan besar adalah Allocyclic. -Autociclyc dapat terjadi tanpa adanya perubahan sea level, yaitu pada perubahan gradien karena arus sungai yang memotong.
SORTING IMAGES: -sangat baik <0,35 -baik 0,35-0,5 -buruk 0,5-1 -sangat buruk >2 Makin pendek distribusi frekuensi suatu ukuran butir maka makin baik sortasinya.
Mineralogy maturity: -quarzt banyak—mature -feldspar : caisic felds—anortit (Ca) Felsic felds—albit (Na) Pothas felds—K felds
Teknik Sedimentasi : -Quartz sandstone—stabil -Arkose—stabil ada fault -Graywacke—tidak stabil -Sub graywacke—tidak stabil Batugamping—stabil, terjadi jika tidak ada influk sedimen yang kuat dari darat.
STRUKTUR SEDIMEN: -Primer—inorganik dan organik (trace fosil) -Sekunder—diagenetic strukur -Struktur sedimen merupakan pencerminan proses yang terjadi pada lingkungan pengendapan, jarang ada struktur sedimen yang secara khas mencerminkan suatu lingkungan. Urutan struktur sedimen baru bersifat diagnostik.
Hukum STOKES : -Energi tertentu menghasilkan butiran yang tertentu. -Fosil dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan jika: -Insitu. Fosil yang reworked biasanya ada isian dan oksida besinya. -Fosil planktik dan bentik dipisahkan dengan cara diberi larutan yang berat, maka fosil bentik akan tenggelam.
ENERGI LEVEL: -Flow cond’n —open fabrik dan closed fabirk. -Angularity—policyclicity.
Yang harus dilakukan untuk menjelaskan hubungan dalam model stratigrafi: 1.cari data sebanyak-banyaknya 2.tentukan data-data mana yang sama 3.jika model tersebut ternyata dapat dipakai, maka model tersebut dapat digunakan dalam perubahan-perubahan, bail secara vertikal maupun lateral.
BED: -unit stratigrafi yang terkecil, batasnya adalah I cm dan identik dengan genetik unit. -Satu genetik unit tidak terbatas pada ketebalannya. -Pada suatu perlapisan jika: *bagian atas yang hilang— truncated facies *bagian bawah yang hilang—base cut out facies *keduanya yang hilang — kombinasi base cut out dan truncated facies. *Dengan mengetahui hal di atas maka dapat diketahui apakah pengendapannya proximal (dekat) atau distal (jauh), dan juga dapat ditunjukkan kemenerusan prosesnya.
MODEL : Suatu usaha untuk membuat fakta-fakta yang tidak lengkap menjadi lengkap.
FACIES MODEL : Urutan-urutan yang ideal dari komponen-komponen facies (terutana litologi dan struktur sedimen) yang menunjukkan keaslian lingkungannya.
STREAM CAPACITY: Kemampuan arus air atau angin untuk mentransport butiran yang ditekankan pada jumlahnya pada setiap unit waktu.
STREAM COMPETENCY: Kemampuan arus air atau angin untuk mentransport butiran dengan ukuran tertentu tergantung pada kepatannya.
GUNA FACIES MODEL : -sebagai norma -sebagai kerangka dasar untuk observasi berikutnya -dipakai sebagai prediktor -sebagai basis untuk menjelaskan interpretasi hidrodinamika
FLYSCH: Struktur sedimen yang merupakan perulangan dari kasar-halus-kasar-halus-kasar dan seterusnya. Faktor pengontrol sedimentasi : -subsidence -eustacy -sedimen suplay -climate
PROGRADASI : Garis pantai bergeser ke arah laut.
SEDIMEN ACCOMODATION: -Ruangan yang tersedia untuk sedimen untuk dapat terakumulasi. -Di dalam equilibrium profile semua sedimen dalam keadaan bypassing atau bergerak. -Jika equilibrium profile berada di bawah profile sungai maka akan terjadi erosi. -Jika equilibrium profile di atas profile sungai maka akan terjadi pengendapan.
WATER DEPTH: kedalaman antara permukaan laut dengan muka sedimen.
COMPACTION : -Adanya perubahan dasar karena sedimen termampatkan hingga seakan-akan ada sea level rise (->subsidence). -Subsidence karena kompaksi termasuk autocyclic. -Kemungkinan akomodasi: D, E, S konstan –progradasi—regresi D >, E, S konstan — progradasi—regresi D >, E konstan, S < —constan shore line D >, E >, S konstan— constan shore line D <, E, S, konstan— trangresi D >, E >>, S konstan— trangresi D konstan, E konstan, S << — starved basin Yang dapat terjadi pada coastal plane adalah lagoon, delta plain, beach.
FLUVIAL INCISION: -Proses pemotongan profil. -Relative sea level rise tidak akan merubah equilibrium. -Relative sea level drop dapat merubah equilibrium. -faktor-faktor yang mempengaruhi equilibrium profil: -tektonik -relative sea level drop -discharge stream >>>—erosi, <<< — deposisi -sedimen load <<< — erosi, >>> — deposisi -Proses fluvial incision akan menghasilkan incised valley. -Pada saat penurunan air laut besarnya erosi akan sangat tergantung dari sudut kemiringan equilibrium profile dan sudut kemiringan subsurface. -Beda allocyclic karena tektonik dengan karena relative sea level drop: -Tektonik—fluvial incision akan menipis ke arah base level -RSL drop— fluvial incision akan menebal ke arah base level
COASTAL PLAIN : dataran dimana coastal sedimen akan mengendap. influk sedimen > relative sea level rise — agradasi fluvial.
EQUILIBRIUM POINT: titik sepanjang suatu profil pengendapan dimana kecepatan perubahan eustacy sama dengan kecepatan subsidence/uplift.
RELATIVE SEA LEVEL RISE: Kenaikan posisi muka laut dibandingkan dengan permukaan daratan.
RELATIVE SEA LEVEL DROP: -Penurunan posisi muka laut dibandingkan dengan permukaan daratan. -Perubahan facies yang secara genetically dicirikan oleh sdsnys struktur yang gradasional berarti tidak ada perubahan lingkungan pengendapan, contoh : de;ta fluvial berhubungan dengan mud marine meskipun ada bidang erosi. -Mud dan shale ada hubungan secara genetik. -Batugamping dan breksi tidak ada hubungan secara genetik.
ISOCHRONOUS : kesamaan waktu.
SEQUENCE : suatu unit yang secara relatif conform dan sekuen tersusun oleh fasies yang secara geneik berhubungan. Fasies ini disebut parasequence. Suatu sekuen ditentikan oleh sifat fisik lapisan itu sendiri bukan oleh waktu dan bukan oleh eustacy serta bukan ketebalan atau lamanya pengendapan dan tidak dari interpretasi global atau asalnya regional (sea level change). Sekuen analog dengan lithostratigrafy, hanya ada perbedaan sudut pandang. Sekuen berdasarkan genetically unit. Ciri-ciri sequence boundary : -membatasi lapisan dari atas dan bawahnya. -terbentuk secara relatif sangat cepat (<10.000 tahun). -mempunyai suatu nilai dalam chronostratigrafi. -selaras yang berurutan dalam chronostratigrafi. -batasc sekuen dapat ditentukan dengan ciri coarsening up ward.
AGRADASIONAL : stacking pattern dimana parasequence yang progresif lebih muda sudah diedapkan satu di atas yag lainnya tanpa adanya pergeseran lateral yang berarti apakah ke arah daratan atau ke arah cekungan. Stacking pattern ini terjadi apabila kecepatan accomodation kira-kira sama dengan kecepatan pengendapan.
BACKSTEPPING : adalah stacking pattern dimana setiap parasequence yang progresif lebih muda sudah diendapkan lebih jauh ke arah daratan. Walaupun parasequence individu ini prograde dan mendangkal ke arah atas, tetapi suatu backsteeping stacking pattern secara menyeluruh lebih dalam ke arah atas. Backsteeping stacking pattern terjadi apabila kecepatan accomodasi lebih besar daripada kecepatan pengendapan. Istilah retrogradasional biasa digunakan sebagai pengganti backsteeping, namun retrogradasional menunjukkan : •mundurnya garis pantai akibat erosi. •progradasional ke arah daratan. Karena itu retrogradasional tidak sama dengan backsteeping.
SYSTEM TRACT : terdiri dari seluruh sistem-sistem yang sama umurnya yang terjadi berdekatan satu sama lain, dan diendapkan selama suatu segmen sea level curve yang tertentu. Didefinisikanberdasarkan : •parasequence dan parasequence set stacking patterns. •stratal geometry dari bidang-bidang batasnya. •posisinya di dalam suatu sequence. Macam system tract : a. LOWSTAND SYSTEM TRACT (LST) : terdiri dari endapan-endapan yang lebih tua pada type I depositional sequence. LST dibatasi pada base-nya oleh type I sequence boundary dan pada top-nya oleh transgressive surface. Dalam suatu cekungan yang dicirikan oleh suatu shelf break, lowstand syatem tract ini bisa terdiri dari tiga unit, yaitu : basin-floor fan, slope fan, lowstand prograding wedge. Pada suatu daerah yang miring dimana kemiringan lerengnya rendah, maka suatu lowstand prograding yangrelatif tipis akan menyusun keseluruhan lowstand system tract. LST diendapkan selama penurunan suatu permukn laut relatif pada awal suatu kenaikan permukaan laut relatif.
Basin -floor fan : konotasi sequence stratigrafi : adalah bagian awal dari LST yang dicirikan oleh pengendapan submarine-fan yang kaya akan pasir di dasar cekungan atau dekat base dari lereng bawah. Basin-floor fan diendapkan selama penurunan permukaan laut relatif yang berkaitan dengan erosi dan valley incision (penorehan lembah) di laut dangkal dan tidak mempunyai endapan yang kronostratigrafisnya sama di laut dangkal itu. Base dari Basin-floor fan adalah type I sequence boundary, dan top-nya adalah suatu bidang dimana lapisan atasnya downlap. Basin-floor fan dicirikan pada penampang seismik oleh suatu bentuk mound yang downlap kedua arah, dan pada well log oleh blocky pattern-nya yang terletak langsung di atas sequence boundary. Konotasi fisiografis : adalah suatu system pengendapan submarine fan yang relatif kecil tetapi kaya akan pasir pada atau dekat suatu dasar slope. Di suatu tepi kontinen yang tidak teratur, basin-floor fan biasanya terbatas pada daerah sekitar intraslope basins atau pada mulut submarine canyons. Sedimen yangkaya akan pasir ini dierosi dari endapan-endapan non marine, laut dangkal, atau tepi laut dangkal selama fase awal suatu penurunan permukaan laut relatif.
Slope Fan Konotasi sequence : adalah suatu bagian dari LST yang dicirikan terutama oleh pengendapan turbidit dan debries flow pada lereng/slope bawah dan dasar cekungan selama suatu penurunan permukaan laut relatif. Slope fan menunjukkan downlap diatas basin-floor fan atau sequence boundary, dan sebaliknya lowstand prograding wedgw mwnunjukkan downlap ke atas slope fan. Slope fan dapat dikenali pada penampang seismik dengan adanya ciri hummocky dan atau mounded yang dalam kasus idealnya menentukan channel-levee complex dengan bentuk sayap burung. Cirinya pada well log biasanya berbentuk cressentic (bulan sabit), walaupun satuan ini kelihatannya merupakan pasir-pasir yang sangat bervariasi ketebalannya dalam suatu latar belakang mud yang bisa menghasilkan ciri log yang lain. Konotasi fisiografis : Slope fan systm adalah lebih besar dan lebih luas penyebaranya daripada basin-floor fan system, dan menunjukkan onlap diatas lower slope ketika perkembangannya memotong basin floor . Fasies reservoir pada slope fan system yang terutama adalah sandy turbidites apakah di dalam channel complexes atau jauh pada splay di ujung channel. Lowstand Prograding Wedge atau Lowstand Prograding Complex Konotasi Sequence : bagian terakhir dari lowstand system tract yang dicirikan oleh progradasional sampai agradasional parasequence yang menbentuk pembajian sedimen ke rah basin yaitu pada shlefbreak, dan incised valley fill pada shelf dan slope atas. Lowstand prograding wedgw dan incised valley fill diendapkan selama suatu penurunan terakhir permukaan laut sampai awal kenaikan permukaan laut relatif. Lowstand prograding wedgw terletak diatas slope fan system, kadang-kadang dengan suatu condensed section sekunder yang berkembang baik pada top dari slope fan, dan ditutupi oleh transgresive system tract. Lowstand prograding wedgw mwningkat dari endapan-endapan fluvial, shoreline dan laut dangkalpada bagian atasnya sampai serpih hemipelagis dan dalam kasus tertentu sampai shingled turbidites didekat tepi bagian bawahnya. Lowstand prograding wedge dikenali pada penampang seismik dengan adanya agradasional offlap ke arah laut dari shelfbreak dan pada well log dengan adanya coarsening upward pattern yang menunjukkan pola pendangkalan ke atas.
Incised valley fill : adalah endapan satu-satunya di dalam lowstand system tract yang terbentuk ke arah daratan dari tepi shelf. Incised valley biasanya berassosiasi dengan Tipe I sequence boundary. Incised valley utama dikenali pada penampang seismik dengan adanya sequence di bawahnya yang menunjukkan erosional truncation dan adanya internal onlap, dimana incised valley berskala kecil hanya bisa dikenali dengan adanya tempat-tempat seumur yang sedikit menebal. Ciri-ciri log dari endapan valley fill adalah bervariasi, tetapi bisa menunjukkan suatu coarsening tiba-tiba diatas bidang erosi.
Konotasi fisiografis : banyak dari suatu lowstand peograding wedge ini membentuk suatu prisma kearah laut dari shelfbreak dari sequence di bawahnya.
b. TRANSGRESIVE SYSTEM TRACT : adalah middle systen tract pada suatu sequence pengendapan yang ideal. TST ini dibatasi pada baselinenya oleh trasngresive surface dan pada topnya oleh maximum flooding surface. TST terdiri dari back steeping parasequences. Parasequences yang progresive lebih muda menjadi lebih tipis dan menunjukkan fasies air yang lebih dalam. Endapan-endapan dari system tract ini menyelimuti shelf, mengisi setiap topografi residual yang berassosiasi dengan incised valley. Biasanya TST menunjukkan oalap diatas sequence boundary dalam suatu arah menuju daratan dari shelf break. TST diendapkan selama suatu penaikan relatif permukaan laut. Hal itu dikenali pada well log dengan pola finning upward
c. HIGHSTAND SYSTEM TRACT : terdiri dari strata yang lebih muda di dalam suatu depositional sequence dan biuasanya tersebar luas pada daerah shelf. HST dibatasi pada baseline-nya oleh maximum flooding surface dan pada topnya oleh suatu sequence boundary. Ke arah daratan dari shelfbreak, HST ini meningkat agradasional parasequence menjadi progradasional parasequence, dengan parasequences yang progresif lebih muda yang menunjukkan fasies air yang lebih dangkal, sedagkan dalam basin, terutama terdiri dari suatu condensed section. HST menunjukkan onlap ke sequence boundary dibawahnya dengan arah ke daratan, dan menunjukkan downlap ke top dari TST dengan arah basin. HST juga dicirikan oleh oleh toplap dan erosional truncation dibawah sequence boundary yang menutupinya. HST diendapkan selama akhir suatu penaikan relatif muka laut sampai tahap awal penurunan relatif muka laut. Pada penampang seismik, awal HST dicirikan terutama oleh progradasional offlap, sedangkan akhir HST dicirikan oleh oblique offlap. Pada well log dicirikan adanya coarsening-upward pattern.
d. SHELf MARGIN SYSTEM TRACT : terdiri dari endapan-endapan yang lebih tua pada suatu tipe I depositional sequence. SMST meningkat dari progradasional parasequence menjadi agradasional parasequence yang makin bertambah. Batas bawahnya adalah tipe II sequence boundary yang relatif selaras dengan suatu unconformity yang terbentuk ke arah daratan dimana SMST-nya membaji, dan batas atasnya adalah transgresive surface. Perlapisan SMST menunjukkan onlap ke sequence boundary yang berarah ke basin. SMST diendapkan selama akhir suatu penurunan relatif muka laut sampai suatu penaikan muka laut yang kecepatannya bertambah secara progresif. Pada penampang seismik SMST dicirikan oleh agradasional offlap.
CONDENSED SECTION : adalah fasies marine yang tipis, yang terdiri dari endapan-endapan pelagis sampao hemipelagis, yang menunjukkan adanya sat kebutuhan akan sedimen detritus di dalam cekungan pengendapan. Condensed section ini paling sering diendapkan di middle-outer shlef, slope, dan basin floor di dalam transgresive system tract dan highstand systen tract selama jangka waktu penaikan permukaan relatif dan transgresi garis pantai maksimum. Biasanya, condebsed cestion ini dikenali dengan satu atau lebih ciri-ciri berikut : •Kumpulan mikrofosil plankton dan benton dalam jumlah melimpah dan bermacam-macam. •adanya zona burrowing tipis secara lateral tersebar kontinue. •bahan-bahan organik marin dan bentonis yang melimpah. •adanya konsentrasi mineral autogenik seperti gloukonit, fosfat dan siderit. •adanya pengembangan karbonat yang keras pada dasar section. Condensed section sekunder diendapkan diatas basin-floor fan dan slope fan.
CONFORMITY : adalah bidang kronostratigrafi yang memisahkan perlapisan yang lebih muda dari perlapisan yang lebih tua dimana tidak ada tanda erosi (subareal atau submarine) atau hiatus yang jelas.
CORRELATIVE CONFORMITY : adalah suatu keselarasan yang kronostratigrafinya lateral ekuivalen dengan suatu unconformity.
UNCONFORMITY : adalah bidang kronostratigrafi yang memisahkan perlapisan yang lebih muda dengan yang lebih tua sepanjang mana ada tanda erosi atau nondeposisi yang menunjukkan suatu hioatus yang jelas. Unconformity bisa dikenali dengan adanya terminasi (seperti onlap, toplap), yaitu suatu gap dalam urutan biostratigrafi, atau suatu fasies disconformity. Periode erosi dan nondeposisi terjadi pada setiap penurunan permukaan laut global, yang menghasilkan interregional unconformities.
HIATUS : adalah suatu break atau interupsi pada kontinuitas rekor geologi yang disbabkan oleh nondeposisi, sediment bypassing, atau erosi. Bidang yang terbentuk selama suatu waktu ini disebut sebagai bidag hiatus atau unconformitu.
BYPASSING : adalah pengangkutan sedimen yang melalui daerah nondeposisi.
RAVINEMENT SURFACE : adalah suatu bidang dari erosi submarine dangkal yang disebabkan oleh gaya gelombang yang berassosiasi dengan penaikan permukaan laut. Butiran-butiran yang halus tersaring dan butiran yang kasar akan tertinggal sebagai lag pada bidang erosi.
SEQUENCE BOUNDARY : adalah unconformity dan conformitynya yang terjadi selama jangka waktu penurunan relatif permukaan laut.
TYPE I SEQUENCE BOUNDARY : yaitu suatu regional unconformity yang terbentuk ketika permukaan eustacy turun dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan basin, yang menyingkap shelf ke erosi subareal. Biasanya permukaan laut turun sampai suatu titik di dekat shlefbreak atau kearah laut dari shlefbreak.
TYPE II SEQUENCE BOUNDARY : terbentuk ketika cekungan menurun dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan turunnya permukaan laut pada depositional shoreline break.
TOP BASIN-FLOOR FAN SURFACE : adalah batas basin floor fan dibawahnya dengan slope fan dan lowstand prograding wedge diatasnya. Slope fan dan lowstand prograding wedge menunjukkan downlap ke atas top basin floor fan surface.
TOP SLOPE FAN SURFACE : adalah batas antara slope fan dibawahnya dengan lowstand prograding wedge menunjukkan downlap ke atas top slope fan surface. Top slope fan surface bisa menunjukkan downlap ke atas basin -floor fan atau ke atas sequence boundary ke arah laut dan menunjukkan onlap ke atas top dari depositional sequence ke arah daratan yang terletak di bawahnya.
MARINE FLOODING SURFACE : adalah permukaan pada top parasequences yang biasanya dicirikan oleh suatu pendalaman tiba-tiba ketika permukaan laut naik dengan cepat. Batas ini biasanya memisahkan facies air dangkal atau facies nonmarine yang terletak di bawahnya dengan fasies air lebih dalam yang terletak diatasnya.
TRANSGRESIVE SURFACE : adalah flooding surface penting pertama yang terbentuk setelah jangka waktu regresi maksimum pada top daro lowstand system tract. Dalam skala regional TS memisahkan parasequence progradational atau agradational lowstand systrm tract yang terletak di bawahnya dengan parasequence backsteeping transgresive system tract yang terletak diatasnya. TS berassosiasi dengan suatu fasies discontinuity yang dicirikan oleh pendalaman tiba-tiba yang meotong bidang batas. TS berupa erosi pada shlef yang reliefnya sampai beberapa meter seperti pada ravinement surface, dan bisa juga berassosiasi dengan pbble lags dan burrowing. Penggabungan TS dengan sequence boundary dalam suatu arah ke daratan akan menghasilkan TST mengendap langsung diatas endapan-endapan HST yang terletak di bawahnya.
Maximum flooding surface = marine flooding surface yg tebentuk pd awaktu transgresi maksimum, MFS membentuk top transgressive system trcts dan memisahkan backstepping para sequnces yg ada di bawahnya dgn progradasional parasekuensis yg terletak di atasnya. Prograding klinoform dari HST yg menutupinya menunjukkan down lap ke atas MFS, yg terjadi dianatara condensed section.
Depositional Shoreline break = fisiografik break pd shelf ke arah daratan dimana dasar laut berada pd atau dekat base level dgn sedikit atau tanpa pengendapan, dan ke arah laut dimana sedimentasi terjadi.
Shelf break = fisiografi break pd shelf yg ditandai oleh suatu perubahan pd slope dri shelf landai bersudut kecil ke arah daratan dari shelf break samnpai slope curam yg bersudut lebih besar ke arah laut dari shelf break. Kedalamnya <50 m – >500 m.
Bayline = titik yg memisahkan sedimentasi fluvial dgn sedimentasi paralis atau delta plain, bisa terdapat pd shoreline atau ke arah darat dari shoreline.
->Sequence : suatu urutan perlapisan batuan yang relatif selaras dan mempunyai hubungan secara genetis, dibatasi oleh ketidakselarasan atau keselarasannya yang sebanding.
->Batas sequence : suatu bidang yang membatasi suatu sikuen pengendapan, biasanya berupa ketidakselarasan, yaitu suatu permukaan perlapisan batuan yang memisahkan lapisan batuan muda dengan lapisan batuan yang lebih tua, dimana diji\umpai bukti erosi dengan indikasi suatu hiatus yang berarti.
->System tracks : urutan satuan stratigrafi yang relatif selaras dan mempunyai umur yang sama, yang menyusun suatu sikuen pengendapan, terdiri atas parasequence dan parasequence set.
->Parasequence : urutan relatif selaras dari lapisan batuan yang saling berhubungan secara genetis, dibatasi oleh marine flooding surface dan permukaan korelatifnya.
->Parasequence set : urutan relatif selaras dari parasequence yang berhubungan secara genetis membentuk stacking pattern yang jelas, dibatasi oleh marine flooding surface dan permukaan korelatifnya
->Marine flooding surface : suatu permukaan yang memisahkan lapisan yang muda dari lapisan yang lebih tua, dan memperlihatkan bukti adanya penambahan kedalaman air secara tiba2.
->Stacking pattern : ragam gambaran parasequence dan parasequence set yang progresive lebih muda berlapis satu diatas yang lainnya.
->Hiatus : suatu break atau interupsi pada kontinuitas record geologi yang disebabkan oleh non deposisi, sediment bypassing atau erosi. Bidang yang terbentuk selama kurun waktu ini disebut sebagai bidang hiatus atau unconformity.
->Depositional shore break : posisi pada shelf dimana ke arah daratan permukaan pengendapan berada pada/dekat denga base level, dan ke arah lautan permukaan pengendapan berada dibawah base level.
->Parasequence set retrogradasional : transgresi : V pasokan sedimen < pembentukan accomodation space : garis pantai bergerak ke arah daratan
->Parasequence set progradasional : regresi : V pasokan sedimen > pembentukan accomodation space : garis pantai bergerak ke arah cekungan
->Parasequence set agradasional : stationery shoreline (tetap) : V pasokan sedimen = pembentukan accomodation space : garis pantai tetap
->Analisa stratigraf : struktur sedimen, analisa ukuran butir, fosil, vertical sequence lateral relationship, geometri distribution of lithology

Penulis : Sri Bihastuti Rachmawati - Geofisika Reservoir UI